UEA Hendak Kelola Hubungan dengan Turki dan Iran

04.10.2021

Senin

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh FirmansyahKapal penjaga pantai Uni Emirat Arab (UEA) melewati kapal tanker minyak di perairan Fujairah, UEA.
Kapal penjaga pantai Uni Emirat Arab (UEA) melewati kapal tanker minyak di perairan Fujairah, UEA.
Foto: AP Photo/Jon Gambrell

UEA menghindari konflik baru untuk memperkuat ekonomi negaranya.

REPUBLIKA.CO.ID, ABUDHABI — Uni Emirat Arab (UEA) mencoba mengelola hubungan dengan dua rival lamanya yakni Iran dan Turki melalui dialog. Demi menghindar konfrontasi baru di kawasan saat negara Teluk itu memperbaiki ekonominya usai pandemi Covid-19.

Di acara World Policy Conference, penasihat presiden UEA bidang diplomasi, Anwar Gargash mengatakan belum ada kepastian mengenai komitmen Amerika Serikat (AS) di kawasan. Ia juga mengungkapkan kekhawatiran ‘perang dingin’ antara Washington dan Beijing.

UEA memiliki hubungan ekonomi yang kuat dengan China, tapi militernya bergantung pada AS. Mereka memantau ketat perundingan dua negara adi daya itu terkait negosiasi kesepakatan nuklir Iran dan berkuasanya Taliban di Afghanistan setelah AS menarik pasukannya.

« Pada periode yang mendatang kami akan melihat apa yang terjadi mengenai jejak Amerika di kawasan, saya kira kami belum tahu, tapi Afghanistan jelas sebuah uji coba dan sejujurnya uji coba yang mengkhawatirkan, » kata Gargash seperti dikutip Aljazirah, Sabtu (2/10) lalu.

« Bagian yang perlu kami lakukan adalah mengelola kawasan kami lebih baik, ada kevakuman dan setiap kevakuman akan ada masalah, » tambah Gargash.

UEA telah bergerak untuk mengurangi ketegangan dengan terlibat dengan negara-negara non-Arab seperti Iran dan Turki. Dua negara itu secara posisi politik dalam konflik Yaman, Libya dan negara-negara- Timur Tengah dan Afrika Utara bertentangan dengan UEA.

UEA dan Arab Saudi mengatakan pakta perjanjian nuklir 2015 cacat karena tidak menyinggung program rudal Iran dan jaringan proksi regionalnya. UEA juga telah bergerak untuk melawan organisasi-organisasi yang beberapa negara Teluk anggap sebagai ancaman bagi sistem kekuasaan dinasti mereka.

« Pemeriksaan ulang Turki pada kebijakan terhadap Mesir, Ikhwanul Muslimin, dan terhadap Arab Saudi dan yang lainnya disambut sangat baik, dan saya kira sangat penting bagi kami untuk saling terhubung dan duduk di tengah, » katanya.

« Turki sangat positif dengan apa yang kami katakan pada mereka, apakah saya sangat positif untuk menghubungi Iran? Ya, saya serius, apakah saya sangat positif Iran akan mengubah arah regional? Di sini saya harus katakan saya lebih realistis, » tambah Gargash.

Ia mengatakan prioritas non-politik saat ini adalah pandemi Covid-19. Namun, kekhawatiran utama UEA adalah terjebak antara AS dan Cina.

« Kami semua sangat khawatir dengan bayang-bayang Perang Dingin, itu berita buruk bagi kami semua, karena dalam sistem internasional gagasan milih itu problematik, dan saya kira tidak akan mudah untuk dilalui, » katanya.

Read the article on Republika.co.id